Membawa Injil ke Rumah

Tyan Yestenia
3 min readSep 9, 2020

--

Salah satu pergumulan orang Kristen yang paling sering kita denger adalah pergumulan tentang keluarga. Tentu kita ga asing dengan persoalan yang timbul karena ada seseorang yang rajin banget pelayanan di gereja atau di komunitas, jadi ‘kakak rohani’ untuk banyak orang di luar dan bahkan dijadiin panutan, tapi hubungannya dengan orang tua atau saudaranya kurang baik. Atau mungkin hubungannya baik-baik aja, tapi ada anggota keluarganya yang belum mengikut Yesus. Problem ini tentu ga gampang, bahkan cenderung rumit. Keluarga adalah orang-orang terdekat yang tau banget luar-dalemnya kita, yang tau aslinya kita bahkan yang banyak orang ga tau. Hal ini bisa menimbulkan tekanan dua arah, dicap keluarga “munafik” karena rajin pelayanan tapi terkesan ga peduli sama keluarga, dan dicap “munafik” juga oleh orang di luar karena kita rajin pelayanan tapi keluarga sendiri ga dilayani.

Tapi rumit bukan berarti mustahil.

Keluarga adalah sebuah komunitas yang penting bagi Kerajaan Allah. Allah menetapkan sebuah pernikahan sebagai cerminan dari kasihNya kepada umat yang Ia tebus (Efesus 5:32). Anggota keluarga layak buat kita perjuangkan juga bagi Injil. Mereka sama berdosanya dengan kita, sama-sama butuh dengar pengampunan Allah yang juga udah membebaskan kita. Kita ga lebih baik dari mereka, dan mereka juga ga lebih baik daripada kita. Ada 3 hal yang bisa kita lakukan dalam kita memberitakan Injil pada keluarga kita :

1. Sabar

Perjalanan iman seseorang tentu beda-beda waktunya, ada yang butuh 1 tahun, yang lain butuh 20 tahun. Kalau kita bisa terima orang lain butuh waktu yang lama, harusnya kita juga bisa menerima berapapun lamanya anggota keluarga kita butuh waktu untuk datang pada Tuhan Yesus. Seringkali kita cuma berdoa buat dia agar Tuhan melembutkan hatinya, padahal, kita juga butuh kelembutan hati supaya kita sabar, penuh kasih dan tekun melayaninya seperti Tuhan juga sabar pada kita (1 Tim 1:16).

2. Kasih

Salah satu problem dalam mengasihi adalah bahwa kasih itu seringkali dirasakan, tapi jarang diungkapkan. Dalam mengasihi kitapun cenderung fokus pada apa yang udah dan bisa kita lakukan buat dia, tapi kita ga berfikir jauh apakah bentuk kasih seperti itu yang dia butuhkan. Misalnya, kalau mama pengen kita lebih punya banyak waktu untuk keluarga tapi kita merasa udah mengasihi dengan membelikan banyak makanan, tentu mama kita akan sulit merasakan kasih yang kita rasakan itu. Bukti kasih diungkapkan dengan memberikan apa yang paling orang itu butuhkan, seperti Tuhan Yesus yang memberikan nyawanya sebagai ganti hukuman kita, memenuhi kebutuhan kita yang paling besar yaitu pengampunan dosa (Mat 16:26).

3. Perubahan hidup yang nyata

Sebelum kita menceritakan Injil pada keluarga kita, adalah hal yang lumrah dan penting untuk menunjukkan kepada mereka gimana Injil sudah mengubahkan seluruh kehidupan kita. Injil mengubah cara kita mengasihi, berkata-kata, bersikap dan bahkan mengubah kemarahan kita menjadi pengampunan yang kelihatan. Demontrasi Injil di dalam keluarga ini bisa Tuhan pakai untuk menunjukkan kasihNya pada mereka secara pribadi, di dalam hati mereka. Kita ga cuma akan bercerita tentang Injil, kita akan menunjukkan bagaimana Injil bekerja bagi kehidupan manusia.

Yuk sediakan diri kita untuk Tuhan pakai sebagai pembawa Injil bagi keluarga kita di rumah. Bukan karena kita baik atau kita lebih ‘suci’, tapi karena Dia baik, yang ga cuma hadir buat kamu, tapi juga buat seluruh anggota keluargamu.

Soli Deo Gloria.

(ty)

--

--